Mengapa Petani Kecil Merupakan Kunci Dalam Sistem Pangan Berkelanjutan
Pandemi telah membahayakan ketahanan pangan di hampir setiap negara dengan mengurangi pendapatan dan mengganggu rantai pasokan, dengan konsekuensi yang menghancurkan yang mengakibatkan kelaparan dan kemiskinan. Oleh karena itu, ini merupakan saat yang penting untuk mempertimbangkan bagaimana kita dapat membentuk sistem pangan yang adil, inklusif dan berkelanjutan untuk masa depan.
Sulit untuk membahas sistem pangan global tanpa membahas minyak kelapa sait – minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia. Ia dapat ditemukan dalam bentuk produk kemasan yang dijual di rak supermarket, dari sabun hingga biskuit dan lipstik, serta ia sering digunakan sebagai minyak makan di negara produsennya. Pasar Asia merupakan pelanggan terbesar, dimana Indonesia, India dan Tiongkok mendominasinya.
Petani kecil sangat penting bagi industri minyak kelapa sawit, dengan lebih dari 3 juta petani di seluruh dunia mencari nafkah dari tanaman tersebut. Sementara lahan perkebunan individu kecil dibandingkan perkebunan industrial, namun secara kolektif, mereka mencakup sekitar 40% dari total lahan perkebunan di Malaysia dan Indonesia, dua negara produsen terbesar.
Jika kita mempercepat skala global minyak kelapa sawit berkelanjutan yang bersertifikasii, ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan partisipasi petani kecil dalam skema sertifikasi seperti yang ditawarkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Tantangan untuk melibatkan petani kecil
Ada persepsi bahwa sistem RSPO tidak menyediakan kesempatan yang adil bagi petani kecil, karena standarnya dirancang untuk petani yang berskala besar dan ia tidak mempertimbangkan konteks, kapasitas, ataupun sumber daya petani secara memadai.
Hambatan ini dapat dikategorikan secara luas sebagai organisasi, teknis dan bebasis pengetahuan. Mari kita lihat masing-masing secara bersamaan.
Pertama-pertama, petani kecil tidak dapat disertifikasi secara individu tetapi perlu diorganisir dalam kelompok. Kelompok tersebut harus memiliki manajer kelompok dan sistem kontrol internal, badan yang memastikan kepatuhan semua anggotanya atas Prinsip dan Kriteria RSPO. Di Indonesia, sekitar 45% petani kecil independen merupakan anggota grup produsen tetapi infrastruktur pendukung masih terbatas.
Kedua, Sering kali ada kesenjangan yang signifikan antara praktik petani kecil dan standar RSPO. Untuk mencapai kepatuhan, petani kecil harus merubah operasional mereka secara signifikan. Contohnya, mengenakan alat pelindung ketika menyemprot pupuk, mencatat penggunaan pupuk dan panennya secara akurat, serta belajar untuk menghindari kontaminasi bahan kimia di permukaan air dan air sumur. Agar petani kecil dapat mengimplementasikan praktik agrikultur dan lingkungan yang lebih baik – termasuk dengan merekam aktivitas mereka – memerlukan perubahan dalam pendekatan dan kebiasaan, yang dapat menjadi lebih rumit di antara petani kecil dengan tingkat literasi yang lebih rendah.
Ketiga, banyak petani kecil secara historis memiliki akses minimal ke proses pengambilan keputusan yang membatasi kesempatan mereka untuk berpartisipasi dalam pelaihtan dan memperoleh pengetahuan. Sering kali ada sedikit kesadaran tentang manfaat sertifikasi bagi petani dan komunitas mereka, dan bagaimana memulai prosesnya.
Mengatasi hambatan ini membutuhkan investasi
RSPO telah berupaya untuk mengatasi masalah ini melalui mekanisme yang dibuat khusus dan alat kepatuhan yang “berukuran tepat” untuk petani kecil, serta penyediaan bantuan teknis dan keuangan yang ditargetkan.
Standar Petani Kecil Independen RSPO menawarkan pendekatan yang disederhanakan dan menurunkan beban untuk memulai melalui proses bertahap untuk mencapai dan memverifikasi kepatuhan.
Untuk mendukung petani kecil secara finansial dalam perjalanan ini, kami membentuk Dana Dukungan Petani Kecil RSPO. Ini mengalokasikan 10% dari pendapatan yang dihasilkan RSPO dari penjualan minyak kelapa sawit bersertifikasi untuk membantu petani kecil dengan biaya yang terkait dengan audit. Hingga hari ini, ada lebih dari 18.000 petani kecil di seluruh dunia telah menerima bantuan finansial dari skema tersebut.
Kami juga membantu mengedukasi komunitas tentang standar dan mekanisme RSPO melalui program penjangkauan masyarakat kami. Ini disampaikan oleh jaringan global mitra di lapangan.
Untuk menghubungkan petani kecil ke sumber daya tambahan, kami baru-baru ini meluncurkan Platform Keterlibatan Petani Kecil RSPO. Hal ini memungkinkan mereka yang mencari dukungan finansial atau teknis untuk mengunggah rincian proyek mereka, dan bagi fasilitator ataupun pembeli minyak kelapa sawit berkelanjutan untuk secara langsung terhubung dan membantu mereka.
Terakhir, Akademi Pelatihan Petani Kecil RSPO menyediakan pelatihan berkelanjutan yang skalabel dan dapat direplikasi dalam enam bahasa melalui model “melatih-pelatih”. Dengan demikian, ini memperluas akses ke pelatihan berkualitas tinggi dan meningkatkan kemampuan membangun sumber daya yang tersedia bagi petani kecil di seluruh dunia.
Upaya ini membuahkan hasil
Pada bulan Oktober 2020, sekelompok 30 petani kecil independen di Indonesia menjadi grup pertama di dunia yang tersertifikasi Standar Petani Kecil Independen RSPO di dunia. Grup tersebut menerima pelatihan oleh organisasi nirlaba dari Belanda, SNV melalui proyek yang didukung oleh Louis Dreyfus Company, yang mengajarkan mereka mengenai praktik budidaya berkelanjutan dan efisiensi produksi, yang memungkinkan mereka untuk menghemat lebih banyak pendapatan mereka.
Mereka dengan cepat diikuti oleh Grup Ngoyï Gbaayegie Group di Sierra Leone, yang kini mencakup hampir 5.000 petani kecil independen dengan total luas lahan 8.667 hektar. Keberhasilan mereka dalam mencapat sertifikasi dimungkinkan dengan bantuan dari Goldtree Sierra Leone Ltd, yang bertindak sebagai manajer grup, serta pelatihan dari Akademi Pelatih Petani Kecil dan dukungan finansial dari Dana Dukungan Petani Kecil.
Upaya ini telah membantu untuk meningkatkan produksi global miyak kelapa bersertifikasi di bawah Standar Petani Kecil Independen ke lebih dari 1 juta ton pada bulan Agustus 2021 – peningkatan 52% dibandingkan tahun lalu, meskipun dalam pandemi.
Sebagai pengakuan atas kesulitan yang dihadapi petani kecil selama 18 bulan terakhir, RSPO telah mengumumkan pengabaian biaya anggota tahunan untuk kelompok petani kecil indipenden dan menyediakan tunjangan sebesar US$ 300.000 melalui Dana Dukungan Petani Kecil.
Kemitraan telah berperan penting dalam pencapaian kami selama ini. Kami harus terus secara proaktif melibatkan anggota RSPO dan petani kecil untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan semua petani untuk menemukan pasar yang layak untuk minyak kelapa sawit berkelanjutan yang telah diproduksi.
Di mana Tiongkok berada
Sebagai salah satu pasar konsumen minyak kelapa sawit terbesar, Tiongkok memiliki peran katalistis. Permintaan yang lebih tinggi untuk minyak kelapa sawit berkelanjutan yang tersertifikasi akan menciptakan insentif ekonomi yang kuat di hulu dan mempertahankan momentum menuju sertifikasi.
Perusahaan dapat secara langsung memberi insentif kepada petani kecil dengan membeli Kredit RSPO melalui platform pedagangan daring PalmTrace. Dan konsumen dapat membuat perubahan dengan mendukung perusahaan-perusahaan tersebut. Dari bulan Juli 2020 hingga Juni 2021, 47 kelompok petani kecil independen telah mengumpulkan hampir US$ 3 juta melalui Kredit RSPO.
Banyak pembeli termasuk perusahaan multinasional besar yang beroperasi di Tiongkok, seperti Unilever, Bayer AG, L’Oréal dan Johnson & Johnson. Dukungan ini tidak hanya untuk membangung rantai nilai dari ujung ke ujung tetapi dapat juga menghasilkan sumber daya yang dapat diinvestasikan dalam bisnis pertanian, yang bermanfaat bagi komunitas secara luas.
Dengan mempercepat penyerapan minyak kelapa sawit berkelanjutan yang tersertifikasi, Tiongkok memiliki kesempatan untuk merubah sistem pangan serta mata pencaharian masyarakat.