MENGGUNAKAN INOVASI DALAM INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT

Pemanfaatan minyak kelapa sawit sangat luas sebagai minyak nabati dan digunakan dalam berbagai industri seperti makanan, produk perawatan pribadi, dan biofuel. Produksi minyak kelapa sawit mengalami peningkatan yang signifikan secara global, dari 24 juta ton pada tahun 2000/2001 menjadi 77 juta ton pada tahun 2022/2023 untuk memenuhi permintaan tinggi akan minyak nabati. Peningkatan permintaan minyak kelapa sawit disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan semakin diakuinya manfaat kesehatan dari minyak alami.

Untuk mengatasi tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang dihadapi industri minyak kelapa sawit serta tetap bersaing di pasar yang terus berkembang, industri ini harus memberikan prioritas pada inovasi. Penerapan teknologi, proses, dan model bisnis inovatif memiliki potensi untuk menjadikan industri ini lebih berkelanjutan secara lingkungan dan efisien.

Internet of Things (IoT) dapat menyelesaikan krisis irigasi
Meskipun kelapa sawit mampu bertahan dalam periode kekeringan singkat, stres kekeringan yang berkepanjangan biasanya mengakibatkan penurunan pembungaan serta produksi tandan buah segar yang berkurang selama siklus panen berikutnya. Dengan kemajuan di bidang teknologi, sekarang memungkinkan untuk mengoptimalkan keputusan aplikasi irigasi melalui analisis data lapangan real-time. Kemunculan teknologi baru, termasuk Internet of Things dan sensor, bersama dengan ekonomi skala, mungkin segera menawarkan solusi yang layak untuk menyediakan air ke perkebunan dan dengan demikian menstabilkan produksi.

Pentingnya teknologi digital dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit telah diakui secara luas, tetapi kurangnya koneksi internet yang dapat diandalkan telah mencegah kemajuan signifikan di bidang ini. Dengan adanya digitalisasi dan kemajuan dalam sistem jaringan area luas nirkabel, perusahaan dapat berupaya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan tujuan meningkatkan efisiensi produksi mereka.

Bioteknologi Menurunkan Dampak Pencemaran Lingkungan
Penggunaan bioteknologi dalam proses penggilingan kelapa sawit memiliki potensi untuk mengubah permainan bagi industri ini. Dengan menggunakan proses bioteknologi inovatif, produsen dapat mengatasi banyak tantangan yang dihadapi dalam proses ekstraksi saat ini. Hal ini dapat menghasilkan efisiensi yang lebih baik dan dampak lingkungan yang lebih rendah. Bioteknologi memiliki potensi untuk membuka banyak kemungkinan baru dalam industri kelapa sawit, dan adopsinya dapat menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan berkelanjutan di masa depan. Sebagai contoh, enzim dapat menguraikan dinding sel buah kelapa sawit, dengan demikian meningkatkan efisiensi ekstraksi minyak tanpa mengubah kualitas minyak kelapa sawit mentah.

Untuk aplikasi berskala industri, Sime Darby Plantation, produsen minyak kelapa sawit berkelanjutan terbesar di dunia, telah menggunakan teknologi ini. Operasi pabrik dengan proses ekstraksi minyak yang dibantu enzim mencapai pemulihan minyak tambahan sebesar 0,7 persen. Sebagai hasilnya, produksi tambahan ini secara tidak langsung mengakibatkan dampak pencemaran lingkungan yang lebih rendah.

Dari Limbah menjadi Sumber Energi Terbarukan
Dengan merangkul inovasi, industri kelapa sawit dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap adopsi energi terbarukan, terutama mengingat perannya sebagai pemicu gas rumah kaca yang signifikan. Pergeseran ke sumber energi terbarukan dapat membantu mengurangi jejak karbon industri ini. Salah satu pendekatan inovatif adalah memanfaatkan teknologi seperti generator biogas untuk menghasilkan listrik dari limbah pabrik kelapa sawit (POME) yang dihasilkan selama produksi kelapa sawit. Ketika POME terurai dalam ketiadaan oksigen, metana terbentuk. Metana adalah komponen biogas dengan potensi rumah kaca 25 kali lebih besar dari karbon dioksida jika dilepaskan langsung ke atmosfer. Biogas yang dihasilkan di perkebunan kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan untuk produksi listrik jika ditangkap dengan benar. Meskipun pembangkit listrik biogas sudah ada di banyak perkebunan, potensi penuh biogas belum sepenuhnya terwujud, mungkin karena biaya tinggi yang terkait dengan pembangunan gardu dan jaringan tegangan tinggi di daerah pedesaan tempat pabrik kelapa sawit biasanya berada. Namun, jika industri kelapa sawit dapat memanfaatkan sumber energi terbarukan ini, tidak hanya akan mengurangi emisi karbon tetapi juga menyediakan energi yang terjangkau, handal, berkelanjutan, dan modern bagi penduduk di daerah pedesaan.

Selama produksi minyak kelapa sawit mentah, terdapat kerugian minyak yang tidak dapat dihindari, yang mengakibatkan akumulasi lumpur minyak kelapa sawit di kolam pengolahan limbah. Lumpur minyak kelapa sawit, juga dikenal sebagai POME, berpotensi menjadi sumber daya alam yang sangat baik untuk produksi biodiesel. Biodiesel, sebagai alternatif bahan bakar petrodiesel tradisional, dapat diproduksi dari berbagai sumber trigliserida, termasuk lumpur minyak kelapa sawit. Studi menunjukkan bahwa biodiesel yang diproduksi dari lumpur minyak kelapa sawit memiliki potensi pengurangan emisi gas rumah kaca lebih dari 80 persen dibandingkan dengan bahan bakar petrodiesel.

Biorafinasi Mendukung Ekonomi Circular
Industri kelapa sawit dapat mengeksplorasi model bisnis inovatif selain kemajuan teknologi. Prinsip ekonomi circular, yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan efisiensi sumber daya dalam desain produk dan proses, dapat menjadi pendekatan yang menjanjikan. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip tersebut, industri dapat secara efektif memanfaatkan biomassa pertanian, menghemat sumber daya, dan menciptakan peluang bisnis baru.

Sebagai contoh, industri kelapa sawit dapat menggunakan teknologi biorafinasi, yang meningkatkan biomassa seperti batang kelapa sawit, daun kelapa sawit, tandan buah kosong, dan cake kernel kelapa sawit (PKC) menjadi bioetanol. Ini mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 86 persen dibandingkan dengan bensin; namun, juga memiliki angka oktan yang lebih tinggi, memberikan sifat pendarahan premium, yang meningkatkan kinerja mesin.

Selain itu, ketika PKC digunakan sebagai bahan baku dalam produksi bioetanol, makanan ternak berprotein tinggi, distiller’s dried grain with solubles (DDGS), akan dihasilkan sebagai produk sampingan. Ini adalah residu dari proses fermentasi ragi. DDGS dapat menggantikan jagung dan tepung kedelai dalam pakan broiler tanpa efek negatif pada kinerja.

Inovasi adalah kunci keberlanjutan dan daya saing industri
Untuk tetap bersaing di pasar yang terus berubah, industri kelapa sawit sebaiknya memprioritaskan implementasi solusi inovatif untuk mengatasi tantangan yang dihadapinya. Dengan mengadopsi teknologi, proses, dan model bisnis inovatif, industri dapat meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan efisiensi operasionalnya. Selain itu, inovasi dapat membantu mengatasi masalah ekologis dan sosial yang terkait dengan produksi kelapa sawit, menjadikannya sebagai industri yang lebih berkelanjutan dan etis.

Majalah Terbaru

Sponsor Kami