Indonesia Akan Meningkatkan Upaya Bahan Bakar Hayati Untuk Memenuhi Target Ramah Lingkungan, Kata Seorang Pejabat

JAKARTA - Indonesia perlu meningkatkan kandungan hayati dalam bahan bakar hayati berbasis kelapa sawitnya menjadi 40% pada tahun 2024 atau beresiko kehilangan target energi terbarukannya, kata seorang pejabat senior pada hari Rabu.

Indonesia memiliki program wajib bahan bakar hayati dengan konten 30% minyak kelapa sawit yang dikenal dengan nama B30. Rencana lama untuk meningkatkan kandungan kelapa sawit menjadi 40$ pada tahun 2021 telah tertunda karena biaya bahan bakar yang lebih murah dan rekor harga kelapa sawit yang tinggi.

"(Hanya) Penggunaan B30 tidak akan mencapai target RUEN pada tahun 2025,” kata Dadan Kusdiana, direktur jenderal kementerian energi  pada sebuah konferensi virtual.

Dia mengacu pada tujuan Indonesia untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan menjadi 23% dari total konsumsi energi pada tahun 2025, yang membutuhkan konsumsi bahan bakar hayati sebesar 13,9 kiloliter pada tahun tersebut.

"Kementerian akan menyiapkan regulasi wajib pencampuran B40 untuk memastikan kepastian investasi,” kata Dadan, seraya menambahkan bahwa diperlukan lebih banyak studi dan uji coba.

Kementerian energi Indonesia sebelumnya mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan meningkatkan alokasi bahan bakar hayati tahun 2021 untuk memenuhi permintaan yang lebih tinggi akan bahan bakar tersebut.

Sementara konsumsi bahan bakar hayati tahun depan akan melonjak menjadi lebih dari 10 juta kiloliter.

Sementara harga bahan bakar mencapai titik terendah selama pandemi global, harga bensin dan solar di SPBU di Asia dan Eropa mencapai rekor tertinggi tahun ini, menjadikan kelapa sawit sebagai bahan baku yang lebih menarik bagi bahan bakar hayati.

Indonesia memungut cukai untuk membiayai program minyak kelapa sawitnya, termasuk subsidi program penanaman kembali petani kecil.

Ini meningkatkan cukai minyak kelapa sawit mentahnya ke rekor tertinggi tahun ini, dan diestimasikan akan memungut cukai sebanyak 71 triliun Rupiah ($ 4,95 milyar) tahun ini, kata presiden direktur agensi pengumpul dana, Eddy Abdurrachman.

Indonesia juga diproyeksikan akan menghabiskan 75% lebih banyak untuk program bahan bakar hayatinya di tahun 2021, 49 triliun Rupiah dibandingkan 28 triliun Rupiah pada tahun lalu, tambahnya.

($1 USD = 14,340.0000 rupiah)

Majalah Terbaru

Sponsor Kami