Industri minyak kelapa sawit harus siap menerima perubahan teknologi baru, kata DPM Fadillah

KUALA LUMPUR, 20 Des — Industri minyak kelapa sawit harus selalu siap untuk menerima perubahan teknologu baru di tengah masa-masa sulit ini, kata Wakil Perdana Menteri, Datuk Seri Fadillah Yusof.

Dia juga menjabat sebagai menteri perkebunan dan komoditas, mengatakan bahwa hal ini termasuk adopsi konsep revolusi industri keempat (IR4.0) dan juga penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan Internet of things (IoT) seperti digitalisasi dan otomatisasi teknologi untuk meningkatkan proses manufaktur saat ini.

“Konsep pabrik mintak kelapa sawit cerdas berdasarkan nil limbah merupakan arah industri minyak kelapa sawit dan hal ini dapat memberikan dimensi baru bagi sektor manufaktur, terutama dalam hal efisiensi dan pemantauan operasional yang berkesinambungan serta ramah bagi pengguna,” ujarnya dalam pembukaan Seminar Nasional tentang Pabrik, Penyulingan, Lingkungan dan Kualitas Minyak Kelapa Sawit (Oil Palm Milling, Refining, Environment and Quality / POMREQ) 2022 hari ini.

Pidatonya dibacakan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian, Datuk Zurinah Pawanteh.

Dia mengatakan bahwa pabrik minyak kelapa sawit cerdas akan dikembangkan melalui inisiatif Dewan Kelapa Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Board / MPOB) dengan kerjasama industri, Grup Fusionex.

“Dengan perkembangan dan permintaan produk ramah lingkungan yang menjadi permintaan pasar internasional, saya menyarankan agar upaya pengurangan jejak karbon produk kelapa sawit bisa ditekankan.

“Malaysia berkomitment untuk mencapai target nol emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sedini 2050,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa industri kelapa sawit memiliki peran penting dalam upaya ini, terutama dalam peningkatan penangkapan biogas di pabrik kelapa sawit.

“Untuk tujuan itu, MPOB telah mengembangkan teknologi penangkapan biogas dan bekerjasama dengan industri untuk memperluas penarapan biogas.

“Menurut data MPOB, 135 pabrik kelapa sawit telah memasang sistem biogas pada tahun 2021, sekitar 30 persen dari total pabrik kelapa sawit yang ada, semantara itu 15 pabrik sedang dalam proses konstruksi dan 130 pabrik dalam tahap perencanaan untuk instalasi sistem biogas,” katanya.

Terkait hal itu, Fadillah mengatakan bahwa dia berharap pabrik yang belum memiliki sistem biogas akan meningkatkan upayanya untuk memiliki sistem tersebut.

Sementara itu, dia juga mengatakan bahwa limbah pabrik minyak kelapa sawit atau minyak kotor telah menjadi populer untuk pasar ekspor akhir-akhir ini, terutama di negara-negara Eropa sebagai bahan baku produksi bahan bakar hayati.

“Limbah kelapa sawit berkualitas rendah dari pabrik kelapa sawit harus dipisahkan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas minyak kelapa sawit secara keseluruhan tetapi juga untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan mengekspor minyak limbah.

“Minyak limbah dapat juga digunakan sebagai bahan baku untuk produksi bahan bakar hayati dan bahan bakar jet hayati untuk industri penerbangan dan dengan upaya ini, kualitas minyak kelapa sawit dapat dikembangkan dan masalah kontaminasi dalam minyak kelapa sawit olahan dapat diatasi bersama dengan industri dan pemerintah menggunakan teknologi yang tersedia,” tambahnya — Bernama

Majalah Terbaru

Sponsor Kami