Permintaan Minyak Kelapa Sawit
KUALA LUMPUR: Permintaan minyak kelapa sawit Malaysia diperkirakan akan meningkat menjadi 19,85 juta ton tahun ini dari 19,01 ton pada tahun 2022 karena ekspor akan tumbuh menjadi 16,44 juta ton dari 15,73 ton sebelumnya.
Permintaan lainnya diperkirakan akan berasal dari dalam negeri (2,98 juta ton) dan penggunaan produksi bahan bakar nabati (440.000 ton), kata presiden Asosiasi Produsen Minyak Nabati India, Sudhakar Desai.
Permintaan ekspor yang lebih kuat sebagian besar dari India, dan pergeseran permintaan minyak kelapa sawit dari Indonesia ke Malaysia karena pembatasan ekspor negara tersebut akan membantu meningkatkan permintaan dan menghabiskan stok dari Malaysia.
Stok akhir tahun 2023 Malaysia kemungkinan berada di 4,33 juta ton, lebih tinggi daripada 4,22 juta ton tahun lalu, sementara keseluruhan produksi diperkirakan akan tumbuh moderat sekitar 2,6% menjadi 18,95 juta ton tahun ini.
“Ini bukan pertumbuhan yang besar. Produksi telah lama stagnan di Malaysia,” katanya dalam webinar kelapa sawit UOB Kay Hian kemarin.
Gabungan produksi Malaysia-Indonesia diperkirakan akan mencapat 68,72 juta ton pada tahun 2023, dengan ekspor sebesar 44,63 juta ton.
Indonesia akan memasok 57,09 juta ton minyak kelapa sawit ke dalam total nilai produksi.
Sudhakar mengatakan bahwa India, konsumen terbesar kedua minyak kelapa sawit, diperkirakan akan mengimpor 14,37 juta ton minyak nabati di tahun 2022 dan 2023, di mana 9,3 juta ton merupakan minyak kelapa sawit, 3,01 juta ton minyak kedelai, dan 2,01 juta ton minyak bunga matahari.
‘Seperti negara lainnya, India perlu menambah stok ketika terjadi penurunan harga yang signifikan.
“Bagi saya, sepertinya permintaan minyak nabatu telah kembali,” katanya.
“Ia menambahkan bahwa harga minyak kelapa sawit telah menurun sejak April 2022 hingga berada pada tingkat saat ini di atas RM 4.200 per ton.0
DIa juga menambahkan harga minyak kedelai telah turun 37% dan minyak bunga matahari telah turun 43%.
Dalam skala global, produksi minyak kelapa sawit akan mencapat 79,22 juta ton pada tahun 2022 dan 2023, kenaikan 10% dari tahun 2021 dan 2022.
Sebaliknya, permintaan global minyak kedelai turun 0,3 persen menjadi 60,19 juta ton. — Bernama