Industri Minyak Kelapa Sawit Menyumbang Sebesar US$5,29 Biliun dalam Valuta Asing: Gapki

“Ini Menyebabkan Neraca Perdagangan Kita Menjadi Positif”

Jakarta (ANTARA) - Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, telah mengungkapkan bahwa industri minyak kelapa sawit dalam negeri berkontribusi sebesar US$5,29 biliun dalam valuta asing dalam periode Januari hingga Februari tahun ini.

"Ekspor minyak kelapa sawit dalam neraca perdagangan Indonesia memberikan kontribusi positif, hingga Februari tahun ini mencapai US$5,29 biliun. Hal ini menyebabkan neraca perdagangan kita menjadi positif," katanya dalam acara pertemuan dengan media yang diadakan di Jakarta pada hari Jumat.

Nilai ekspor meningkat dari US$2,60 biliun pada bulan Januari menjadi US$2,68 biliun pada bulan Februari, tambahnya.

Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan ekspor minyak kelapa sawit olahan dari 2,121 juta ton pada bulan Januari menjadi 2,254 juta ton pada bulan Februari (harga produk olahan lebih tinggi daripada harga bahan baku CPO), kata Martono.

Menurut Gapki, konsumsi domestik secara bertahap meningkat menjadi 20,9 juta ton pada tahun 2022 dari 18,4 juta ton pada tahun 2021. Konsumsi pada tahun 2020 dan 2019 tercatat masing-masing sebesar 17,35 juta ton dan 16,7 juta ton.

"Jika kita melihat produksi dalam empat tahun terakhir, trennya stagnan, sementara dari grafik konsumsi, sebenarnya meningkat," jelasnya.

Dia mengatakan bahwa dia percaya peningkatan konsumsi akan terjadi pada tahun 2023 karena program B35 yang wajib, yang diharapkan dapat meningkatkan konsumsi hingga 3 juta ton.

Untuk mencapai target ini, dia meminta pemerintah untuk segera melaksanakan program peremajaan kelapa sawit rakyat (PSR) tanpa penundaan.

Gapki juga mencatat tren penurunan volume ekspor sebesar 2,91 juta ton pada bulan Februari 2023, sedangkan pada bulan Januari, jumlahnya tercatat sebesar 2,94 juta ton."

Majalah Terbaru

Sponsor Kami